Validation Through Legitimacy: Ketika Poster Khotbah Bicara Lebih dari Sekadar Undangan

A priest delivers a sermon inside a beautifully lit church, standing at an altar.

Validation Through Legitimacy: Ketika Poster Khotbah Bicara Lebih dari Sekadar Undangan

Mengapa seorang pelayan Tuhan membagikan poster undangan khotbah di WhatsApp Story, padahal ia tahu audiensnya bukan jemaat yang diundang? Fenomena ini sering dinilai dangkal atau dianggap sekadar cari perhatian. Namun, jika kita melihatnya lebih dalam, praktik ini justru mengungkap dinamika manusiawi yang wajar dalam pelayanan.

Secara psikologis, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa mampu, diakui, dan bernilai. Ketika seseorang dipercaya untuk berkhotbah, poster undangan bukan hanya informasi teknis, tetapi juga simbol yang berkata, “Aku dipercaya,” “Aku dipakai,” dan “Pelayananku diakui.” Saat kebutuhan ini tidak banyak mendapat ruang dalam relasi sehari-hari—misalnya dalam budaya pelayanan yang jarang memberi afirmasi—ruang digital menjadi tempat terdekat untuk mengekspresikannya. WhatsApp Story, yang sifatnya personal dan aman, menjadi ruang di mana pengakuan itu bisa “bernapas”.

Dalam konteks gereja, simbol-simbol seperti mimbar, undangan khotbah, dan poster pelayanan sejak dulu berfungsi sebagai tanda legitimasi rohani. Siapa yang berdiri di mimbar, ia diakui. Ketika simbol-simbol ini berpindah ke ruang digital, maknanya ikut berpindah. Mem-posting poster khotbah bukan sekadar berbagi jadwal, tetapi menjadi semacam ritual digital—cara modern untuk meneguhkan identitas dan status pelayanan di hadapan komunitas relasional.

Karena itu, tindakan ini bukan dosa, bukan juga selalu soal kesombongan. Ia adalah fenomena sosial yang nyata: upaya manusia religius untuk merasa dilihat, dihargai, dan bermakna. Refleksi ini mengajak kita untuk lebih berbelas kasih—baik kepada diri sendiri maupun sesama pelayan—sembari tetap bertanya dengan jujur: apakah legitimasi kita terutama kita cari dari layar, atau dari Tuhan yang memanggil dan mengutus?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *